Syaikh Abu Hatam telah sampai di kota Madinah Al-Munawarah. Ketika mengetahui kedatangannya orang-orang di sana berkumpul untuk menemui beliau. Beliau bertanya kepada mereka, "Kota besar apakah ini?" mereka menjawab, "Inilah kota besar Rasulullah saw," Beliau bertanya, " Di manakah istana Rasulullah saw.. saya hendak ke sana mengerjakan shalat dua rakaat," Mereka menjawab,"Rasulullah saw tidak pernah tinggal dalam istana, Rumah beliau saw, adalah pondok yang sederhana, kecil dan rendah." Beliau berkata, "Tunjukilah saya istana-istana para sahabat r.a.?" Mereka menjawab, "Para sahabat r.a pun tidak pernah mempunyai bangunan seperti istana. Mereka tinggal di pondok-pondok yang kecil dan rendah yang atapnya seolah-olah hendak menyentuh bumi." Kalau begitu, maka ini adalah kota fir'aun." Mendengar itu, mereka ramai-ramai menangkap beliau (karena mereka tersinggung melihat orang ajam menghina Madinah Al-Munawarah) lalu membawanya kepada Amir Madinah Al-Munawarah. Mereka mengadukan bahwa orang ajam ini menghina Madinah Thayyibah dengan mengatakannya sebagai kota fir'aun. Amir bertanya kepada beliau,"Apakah hal ini benar?" Beliau berkata,"Tuan jangan terburu nafsu, silahkan dengar rangkaian peritiwa tadi. Saya seorang ajam, ketika saya memasuki kota ini, saya bertanya kota siapakah ini?" Kemudian beliau menceritakan seluruh peritiwa itu. Setelah itu beliau berkata bahwa di dalam Al-Qur'an yang sci, Allah swt berfirman:
"Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw itu ada suri tauladan yang baik... " (QS. Al-Ahzab 21).
"Jadi... jawablah sendiri, apakah kalian telah mengikuti cara Rasulullah saw atau cara Fir'aun." Mendengar keterangan demikian, kemudian mereka melepaskan beliau.
"Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw itu ada suri tauladan yang baik... " (QS. Al-Ahzab 21).
"Jadi... jawablah sendiri, apakah kalian telah mengikuti cara Rasulullah saw atau cara Fir'aun." Mendengar keterangan demikian, kemudian mereka melepaskan beliau.
No comments:
Post a Comment